Tuesday, September 30, 2008

Thailand Tour - Pattaya (day 4)

Belum puas tidur sudah harus bangun pagi lagi. Kali ini breakfastnya di lantai 77 Baiyoke Sky Hotel. Menunya seperti layaknya menu di hotel berbintang. Nothing special.

Ok, hari ini acaranya dari Bangkok menuju PATTAYA dengan bus. Perjalanan kali ini berhenti dibeberapa persinggahan dan akan kutuliskan secara berurutan.

SRIRACHA TIGER ZOO & CROCODILE FARM
Ditempat ini seperti namanya adalah pertunjukkan binatang. Yang unik, kita dapat melihat induk babi menyusui anak macan atau sebaliknya induk macan menyusui anak babi. Mereka ditaruh dalam 1 kandang. Akur dan tidak dimakan anak babinya.
Beberapa tahun yg lalu, aku pernah mendapatkan foto dari email teman dimana anak-anak babi berpakaian kulit macan dan lagi menyusu di induk macan. Lucu banget. Awalnya aku pikir itu adalah trik kamera. Gak taunya memang benar adanya dan aku melihat sendiri termasuk anak babi yang dibalut dengan kulit macan. Aku jadi berpikir apakah dengan dipakaikan kulit macan membuat sang induk macan mengura bahwa anak babi itu adalah anaknya (kulitnya sama). Atau supaya memiliki aroma tubuh yang sama?

Di tempat ini kita bisa berpose dengan anak macan. Kita bisa memangku anak macan tersebut ataupun dengan pose memberi susu pada anak macan. Masih jinak sih. Cuma agak takut juga. Biayanya sekitar 150 bath. Sementara ditempat lain, kita juga bisa berpose dengan monyet ;-) sambil membandingkan mana yg lebih cakep. He...he....

Pertunjukkan disini yg kami lihat adalah:

  1. Crocodile show. 2 orang pawang dengan enaknya bermain dengan buaya yang banyak sekitar 7 ekor. Dan dia juga sempat berpose di mulut buaya yang terbuka tanpa takut digigit. Duh seandainya digigit, hilanglah kepalanya. Ngeri ahhhh....
  2. Tiger show. Ibarat lepas dari mulut buaya masuk ke mulut harimau. Tapi bukan untuk dimakan loh cuma pindah tempat aja. He...he...Tiger show ini, seperti namanya melihat pertunjukkan babi dan macan. Atraksinya seperti pertunjukkan sirkus deh. Lompat api, berjalan diatas tiang-tiang yang dipancangkan pada panggung, dll.
  3. Pig calculation. Seperti namanya pertunjukkannya adalah mengitung yg dilakukan oleh babi. Kita tinggal sebutkan angka maka sang babi akan mengambil angka yang sesuai. Pintar juga. Berikutnya ditempat yg sama ada balapan babi. Seperti balapan kuda, para babi langsung lari menuju garis finish.

Tak terasa sudah waktunya makan siang. Menu hari ini ada yg istimewa yaitu SATE BUAYA. Gak kebayang sih gimana rasanya. Setelah dicoba, ternyata enak juga. Empuk. Rasanya seperti ayam goreng. Dan tidak tercium bau buaya. Emang bau buaya seperti apa ya????
Lunch kali ini benar-benar aku idamkan dan kutunggu karena kali ini ada ikan tim saus lemon. Saat aku mencicipinya terbayang rasa asam dan pedas khas Thailand seperti yg aku temui di Surabaya. Namun ternyata ditempat aslinya aku hanya merasakan rasa asam saja (seperti hasil masakanku he....he....). Well, berbicara tentang ikan tim saus lemon, aku jadi teringat saat makan makanan yg sama di Hong Kong. Duhhh lupa namanya cuma aku ingat sih tempatnya yaitu di Hennessy Road di kawasan Causeway Bay. Ikan timnya benar-benar enak dan terasa asam pedasnya. Benar2 pas dan rasa manis dari ikan yang masih fresh. Two thumbs deh.
Tersedia juga Tom Yam. Kali ini isinya jamur putih yang besar, ikan dan udang. Rasanya asam dan pedasnya tak terlalu terasa. Warnanya merah bening tanpa campuran susu atau santan.
Ada juga ayam (entah masak apa) yg dicampur dengan kacang, irisan wortel dan bawang bombay.
Kemudian sayur hijau. Duhhh kamus sayurku sangat dikit. Gak tau nama-nama sayur nih. Soalnya pas pelajaran itu, aku lagi bolos. He...he....
Ada juga telur dadar yg membungkus saus tomat dengan campuran paprika merah, kacang polong, cincangan daging.
Overall, rasanya enak dan cukup banyak buat perutku.

Puas makan, perjalanan dilanjutkan dengan bus lagi.

SUPHATRA LAND FRUIT
Sejak dari Surabaya sudah terbayang makan durian monthong sepuasnya selama di Thailand. Akhirnya impianku jadi kenyataan deh.
Tiba di Supattra Land kami disambut oleh 1 butir buah kelapa yang segar dan manis. Daging buahnyapun masih empuk. Sama dengan di Indonesia hanya saja disini lebih manis. Dipotong langsung dan disajikan tanpa gula dan es batu. Benar-benar segar dan lega deh.

Kemudian kami diajak keliling perkebunannya yang sangat besar. Entah berapa ratus hektar. Naik kereta api tut....tut... Siapa hendak turut. Keliling Supattra land. Ayolah yg mau turut serta. ;-)
Benar kami keliling naik kereta mini keliling perkebunan. Banyak tanaman disana.
Seperti lagu: lihat kebunku penuh dengan buah.
Ada yang merah dan ada yang putih. Setiap hari kupetik semua.
Durian, apel, mangga, nangka, buah naga, markisa, anggur, belimbing, salak, manggis, kelapa dan karet.
Disini kami bisa puas mencicipi durian monthong yang tersohor. Rasanya nyam....nyam.... Ruarrr biasaaaa.....bikin montok deh.
Duriannya sudah masak dipohon dan harum ruar biasa. Warnanya putih bersemu kekuningan. Beda dengan durian monthong yang aku makan di Indonesia. Yang disini benar-benar enak. Jika tidak ingat akan tenggorokan yang agak gak enak, bisa habis deh satu buah besar durian. He.... He.... Sanggup gak ya???? Enak sih.
Sempat pemotong buahnya beratraksi dengan berpura-pura teriris tangannya. Cara membelahnyapun seperti memotong buah biasa. Pisaunya tentunya tajammmm ruarrr biasa.

Sementara ibu-ibu memotong dan mengupas buah yang lebih kecil. Mangganya juga manis manis asam. Tidak seperti mangga gadung di Indonesia yang benar2 manis.
Nangkanya juga berdaging tebal, cuma lebih manis yang di Indonesia tepatnya yang pernah aku makan di Bogor dan Pulau Lombok.
Belimbing sih tidak aku coba disana hanya saja kami dikasih satu orang satu buah. Dalam hati, aku berharap dikasih durian saja untuk dibawa pulang. He...he....


Oh ya, salaknya unik banget. Bentuknya lonjong dan rasanya manis manis asam. Berair dan segar. Gimana ya kalo dibuat juice salak? Wowwww... Pasti segar apalagi jika diminum siang-siang pas teriknya mentari yang lagi menyengat di bumi pertiwi.

Puas makan buah, kami diajak keliling lagi ke areal di seberangnya untuk mencicipi papaya salad khas Thailand. Cara pembuatannyapun unik. Ditumbuk di belanga dan semuanya dicampur disana sambil diaduk. Kacang, bawang merah, cabe dicampur menjadi satu. Rasanya..... Segarrrr dan pedassss.... Sampai bibir kemerahan merekah seperti cabe keriting.


Satu hal yang membuat kami malu adalah: sebelum papaya salad dihidangkan, terhidang terlebih dahulu berlembar-lembar daun selada yang berwarna hijau segar. Ada pula yang keunguan. Plus semangkuk kecil mayonaise. Kami langsung mencoba tuh daun saladanya. Manis dan segar. Habis deh sepiring daun seladanya. Kemudian datanglah papaya saladnya. Dan kami langsung aja menyerbu. Pelayannya bengong liat kami makan. Terus dengan bahasa isyarat dia mengatakan kalo bukan begitu cara makannya. Si pepaya diletakkan diatas daun selada kemudian diberi mayonaisenya dan kemudian dimakan (seperti makan bulgogi ala masakan korea). Astaga.... Jadi malu nih. Dan dengan cara makan yang benar, terasa lebih enak dan pedasnya di minimalkan dan kuah asamnya lebih terasa. Hm.... Benar-benar menggugah selera dan rasanya pengen deh nambah lagi..lagi..lagi...dan lagi. Sayangnya perut udah penuh.

Puas disana kami melanjutkan perjalanan ke PATTAYA untuk bermalam dan nonton kabaret yang dimainkan oleh para banci yang konon lebih cantik dari wanita sebenarnya. Ahhh jadi penasaran nih. Seperti apa sih cantiknya.

PATTAYA
Sepintas mirip Pantai Kuta di Bali. Dari keramaiannya, jajaran hotel sepanjang pantai, cafe, bar hingga kios-kios sepanjang jalan. Mirip Kuta dan Legian. Dibandingkan dengan Phuket, Pattaya lebih ramai dan lebih mirip Bali. Kehidupan malamnya juga ramai sekali. Banyak turis yang datang dan berjalan-jalan dengan cueknya.

Yang membedakan adalah di Bali tidak tampak banci atau waria yang berkeliaran dengan bebas dijalanan dan menjajakan diri. Selain itu juga banyak kupu-kupu malam yang berdiri dipinggir pantai menjajakan "cinta semalam".

Berbicara tentang para waria, tidaklah afdol jika ke Pattaya tanpa melihat banci show. Maka malam ini kami diajak nonton kabaret show dengan penari para banci di Alcazta. Pertunjukan dimulai sekitar pukul 18.30 waktu Bangkok dan berlangsung sekitar satu jam. seperti halnya pertunjukkan kabaret, kostum, tata panggung, lagu dan tari sangat beraneka warna dan mengundang decak kagum para penonton terutama pada para pemerannya.

Jika kita tidak diberitahu sejak awal, kita tidak akan tahu kalau mereka adalah waria. Well, mereka sangat cantik, bodynya aduhai, dan mulus. Benar-benar, saya sebagai wanita merasa "tersaingi". He...he...
Benar-benar tidak disangka deh kalo mereka ini bukan wanita asli. Tapi jangan mendengar mereka bicara ;-)

Uniknya disini mereka bebas berkeliaran dan bebas menjajakan diri. Seolah-olah mereka dilegalkan. Tapi inilah daya tarik Pattaya. Jika dilihat dari alam dan budayanya, menurut aku sih, lebih bagus Bali. Asal saja Bali jangan dijadikan Hollywood dimana semua hal di buat seolah-olah memindahkan Hollywood ke Indonesia. Biarkan Bali tetap dengan budayanya yg khas.

Setelah menonton shownya, para pemerannya langsung berada diluar gedung untuk berpose dengan pengunjung. Kita bebas memilih siapa yg akan kita ajak foto. Asal bayar 40 bath untuk sekali pose. Dan diantara mereka ada 1 yang tercantik dan merupakan pemenang kontestan waria. Juara 1 lagi. Tapi memang benar2 sangat cantik dan menarik. Dia juga yang sangat banyak yg antri. Sebelnya nih, dia juga sangat matre. Langsung ambil duitnya dan cepat2 ingin segera selesai foto. Maka kadang hasil jepretannya kurang bagus. Sebel kan....

Tak terasa perut mulai keroncongan. Selesai nonton kabaret ini, kami langsung menyerbu makanan yang dipesankan oleh travel agen di Thailand oleh para koki dari Furama Seafood Restauran. Menu hari ini:
1. Tom Yam. Kuahnya merah dan tidak bening lagi alias ada campuran susu atau santan. Rasanya lebih pedas dibandingkan di Bangkok.
2. Kepiting dimasak dengan telur. Enak juga namun sayang kepitingnya kecil dan kurus.
3. Ikan goreng dengan bumbu khas Thailand. Dan tiap kali makan, ikan selalu menjadi menu favorit dan selalu habis duluan.
4. Udang goreng tepung. Rasanya so so lah. Nothing special for me.
5. Tanghun yg dimasak dengan telur dan sayur.
6. Cah kangkung
7. Ayam goreng
8. Buah semangka dan nenas.

Selesai makan, kami jalan2 disekitar pantai dan berburu souvenir di Hard Rock Pattaya yang hanya berjarak 200m dari hotel kami.
Oh ya, kami bermalam di Discovery Beach Hotel. Hotelnya bagus, nyaman dan bersih. Boleh lah didatangi lagi.

Oaaaahhhhh tak terasa hari sudah larut. Besok harus bangun lebih pagi untuk menjajal pasir di pantai Pattaya.


Sent from my BlackBerry® wireless device

Monday, September 29, 2008

Thailand Tour - Bangkok (day 3)

Hari ini bisa bangun agak telat karena acara yg harusnya hari ini dilihat sudah diselesaikan kemarin. Bangun pagi kuterus makan. He...he....
Habis makan kujalan-jalan.
Seperti biasa menu makan paginya adalah international menu yaitu ala american, continental n asia. Lengkap deh.



Yup, nyeberang kepantai tepat dibelakang hotel. Pengen merasakan gimana sih pasir Phuket yg terkenal itu. Pasirnya putih dan lembut. Ombaknya sangat besar. Overall hampir sama dengan pantai di Bali. Cuma ini lebih terjal. Alias pantainya gak sepanjang di Kuta Bali. Dan jalan bentar aja sudah agak dalam dan kena ombak.
Jalan-jalan sebentar dan pengen melihat apa ada bekas dari tsunami. Ternyata memang tak berbekas. Malah banyak bangunan yang didirikan disepanjang pantai. Mau jalan lebih jauh lagi, tidak bisa karena tiba-tiba hujan deras. Jadi cepat-cepat deh balik ke hotel untuk mandi dan siap-siap untuk lunch dan ke airport.


Lunch hari ini adalah menu buffet. Bermacam-macam makanannya. Ada pula yg untuk vegetarian. Karena tidak terlalu lapar, hari ini aku cuma mencoba papaya salad, dan fruit salad. Rasa keduanya cukup oke. Untuk papaya saladnya tidak sepedas yg di Indonesia.
Berikutnya aku coba meat ball clear soup alias bakso. Rasa kuahnya biasa saja seperti halnya bakso di Indonesia sebelum diberi campuran bumbu. Kemudian aku tambahi saus (campuran cabe dan lime). Terus aku kasih sedikit kecap (entah apa namanya) dan daun bawang. Rasanya jadi lumayan. He...he..
Pas aku rasakan.... Wow rasa dagingnya kok agak aneh. Penasaran aku datangi ternyata pork (musuhku). Hiks...hiks....
Ok, menu selanjutnya yg aku ambil adalah pad thai. Masih belum ada campuran tauge dll. So, aku ambil sedikit kuetiau goreng kemudian aku kasih tauge, potongan kacang tanah goreng, sedikit kecap, jeruk nipis dan cabe kering. Kemudian aku campur semuanya jadi satu. Woowww cukup lezat.
Kemudian aku mengambil spicy shrimp soup. Rasa awal mirip tom yam tapi hanya sedikit pedas saja. Maka kutambahi perasan jeruk nipis, cabe kering, bawang, daun seledri. Hmmmm sudah mirip dengan tom yam. He...he...
Kemudian aku mencoba siomay (dimsum). Rasanya biasa saja. Selain itu aku malas mencicip yg lain karena standard salad ala hotel.
Hanya saja aku sedikit menyesal karena tidak mencicipi rebusan sayur dengan saus ala thai. Awalnya pengen coba cuma aku lebih pentingkan papaya salad dan sausnya tampak kurang menarik. Ternyata itu adalah makanan khas dari selatan Thailand.
Sayang hingga saat ini aku blm temukan cassava kedoyananku. Ok. Maybe next time.

Acara dilanjutkan ke airport untuk ke Bangkok.

BANGKOK
Tiba di Bangkok disambut dengan teriknya mentari sore yang menyengat. Well, hampir sama dengan suhu di Surabaya.
Berpenduduk sekitar 8 juta dan macet seperti Jakarta.

Karena Perdana Menteri di demo, maka beliau berkantor di dekat bandara lama yaitu Don Muang yg sekarang menjadi Airport Domestik. Sedangkan untuk Airport Internasional adalah bandara baru Suvanabhumi International Airport.
Dari airport menuju hotel kami lewat tol dalam kota yang harganya 70 bath untuk bus (sekitar 20.000 rupiah). Lumayan mahal ya jika dibandingkan di Jakarta.
Keluar dari tol, kami disambut dengan macetnya lalu lintas. Dikiri kanan jalan banyak toko-toko dan ramai orang yang lalu lalang. Tidak seperti di Phuket yang lebih sepi. Toko-toko yang kami lewati tampak masih kuno dan begitu pula dengan bentuk bangunannya. Namun dikejauhan dan dipusat kota tampak gedung-gedung bertingkat seperti di Jakarta. Malah di Bangkok ada hotel yang pernah dinobatkan menjadi hotel tertinggi di dunia yaitu 88 lantai yaitu Baiyoke Sky Hotel,tempat kami menginap selama di Bangkok.. Lantai 1-17 adalah pusat perbelanjaan. Lobby terletak di lantai 18. Kamar dimulai dari lantai 20.

Dalam perjalanan tampak foto-foto Raja dan Ratu Thailand. Tampaknya masyarakat Thailand sangat mengagungkan Raja mereka. Selain itu juga banyak dipasang foto kandidat calon Gubernur Bangkok. Ada banyak kandidat. Tadi yang terlihat ada sekitar 10 orang. Ada wanitanya juga lho. Tanggal 5 Oktober ini mereka akan mengadakan pemilihan Gubernur Bangkok dengan masa bakti 4 tahun.
Hampir sama dengan di Indonesia pakai pasang foto di jalan-jalan.

Selain itu kami juga melewati bangunan yang baru dibangun. Dan bertepatan dengan bubaran para buruh bangunan. Mereka digaji sekitar 200 Bath / hari. Atau sekitar Rp 55.000. Lumayan ya.
Karena hari ini adalah hari Senin dan Senin adalah hari kelahiran Raja, maka untuk menghormati hari kelahirannya, masyarakat memakai baju kuning tiap Senin. Konon kuning adalah warna kerajaan.
Maka tampak dimana-mana penduduk lokal memakai baju kuning.

Tiba dihotel, kami disambut dengan deretan toko-toko dan pasar malam yang berada tepat didepan hotel dan disekitar hotel. Ada sekitar 2000 toko berada diseputaran Baiyoke Sky Hotel. Maka setelah taruh barang dan menunggu bagasi, kami masih memiliki waktu sekitar 1,5 jam. Langsung deh tanpa buang waktu kami langsung turun dan mulai cuci mata. Karena belum puas dan terburu waktu untuk makan malam, kami segera balik hotel dan dilanjutkan setelah makan malam. Ternyata setelah makan malam, hanya sedikit toko yang buka, sementara night market masih buka. Barang yang dijual, seperti layaknya pasar malam di Hong Kong, barangnya biasa saja. Banyak kaos-kaos dan tas-tas dari merek terkenal. Namun apakah asli atau tidak, tidak tahu deh. Tebak aja sendiri. Sampai hari ini, aku masih tidak berminat untuk belanja. Well, lumayan juga.

Berbicara tentang dinner malam ini, menunya adalah menu asli Thailand. Hari ini kami makan Tom Yam Koong, ayam bungkus pandan, ikan goreng, fish cake, sayur mayur dan nasi goreng. Overall rasanya aloi alias enak.

Selama tiga hari di Thailand, tiap hari aku makan Tom Yam. Uniknya rasanya hampir sama yaitu pedas dan asam namun penampilannya beda. Pada hari pertama, tom yam nya bening dan putih. Hari kedua sudah merah tapi masih bening. Hari ini tampak lebih creamy dengan campuran santan atau susu ya. Cuma rasa standarnya masih tetap sama.

Tak terasa sudah malam dan ngantuk. Besok harus sudah bangun jam 6 pagi untuk siap-siap menuju Pattaya.

Sawasdeeka....




Sent from my BlackBerry® wireless device

Sunday, September 28, 2008

Thailand tour - PHUKET (day 2)

Kring....kring..... Dengan malas kuangkat telpon. Suara diseberang terdengar "this is your wake up call". Langsung deh kututup telponnya. Udah jam 6 pagi ternyata. Molor sekitar 30 menit. Langsung deh ke kamar mandi dan siap-siap untuk perjalanan hari ini.

Tour pagi ini dimulai dari Phuket Graceland Resort & Spa di Patong Beach dengan bus untuk menuju ke pulau Phang Nga alias James Bond Island.

PANTAI PATONG atau PATONG BEACH adalah salah satu pantai yang terkenal di Phuket yang berada di laut Andaman. Dulunya waktu bencana tsunami daerah ini juga terkena. Ternyata Patong Beach ini hanya 2 jam dari Aceh, dimana waktu tsunami Aceh merupakan wilayah dengan kerusakan terparah. Hanya saja di Phuket sudah dibangun kembali dan tidak tampak lagi bekas-bekas kehancuran akibat tsunami. Malah banyak bangunan baru disepanjang pantai dan hotel-hotel serta pub bertebaran disepanjang pantai. Mirip dengan di Pantai Kuta - Bali.

Tadi waktu menyusuri pantai, ombaknya sangat besar karena terletak di dekat Samudra Hindia. Bagus buat yang suka surfing. Angin lautnya sangat kuat. Situasi seperti ombak seperti ini mirip dengan Blue Point di Bali.
Mirip juga jalan menuju ke Blue Point juga melewati bukit dan jalan berkelok-kelok.



Sepanjang perjalanan ke Provinsi Phang Nga banyak terlihat pohon kelapa dan juga terlihat pantai. Oh ya Phuket dikelilingi oleh pantai.
Benar-benar mirip di Bali. Jika kita via darat dari Gilimanuk ke Denpasar.
Namun mendekati lokasi atau makin keselatan, banyak terlihat deretan pohon karet.
Menurut Guidenya, Phang Nga merupakan pulau tersendiri. Dan untuk kesana melewati jembatan yg menghubungkan Phuket dengan Phang Nga. Di jembatan ini dulunya ada sepasang suami istri yg bunuh diri akibat tidak disetujui oleh orang tua mereka. Bunuh diri dengan meloncat dari atas jembatan.

Pulau-pulau disini mirip dengan Kepulauan Seribu di Jakarta. Bedanya jika di Jakarta, kepulauan tsb berpenghuni bahkan banyak penginapan seperti P.Putri, P. Matahari dll, P. Pantara, P.Bira dll, disini Pulau Phang Nga nyaris tak berpenghuni karena pulaunya adalah pulau karang. Namun masih ada tanaman yg hidup diatas kerasnya batu karang.
Selain itu juga tampak jajaran pohon sejenis kelapa dan bakau yang tumbuh dan tampak seolah-olah melindungi karang dari abrasi air laut. Perjalanan dengan boat sangat mengganggu karena angin dan hujan. Walaupun memakai jas hujan (beli dadakan) dan pelampung tetap saja terasa tak nyaman.

JAMES BOND ISLAND termasuk salah satu dari jajaran pulau-pulau yang tersebar di kepulauan ini. Dinamakan James Bond Island karena sekitar 25 thn yg lalu, ditempat ini dibuat shooting film Bond yang masih dibintangi oleh Roger Moore dalam film "The Man with The Golden Gun".



Pulau ini terdapat karang yang tampak terjatuh dan ditopang oleh karang yg lain. Sangat unik dan bagus. Ada juga batu karang yg berdiri ditengah-tengah laut seolah-olah hendak melawan angin. Sementara air lautnya hangat dan jernih. Menggoda pengunjung untuk menceburkan diri dan bermain air.
Yg suka hiking bisa mendaki karang dan melihat sisi lain dari pulau ini.

Seperti halnya tempat turis, dikiri jalan berjajar penjual souvenir. Harga pembukanya sangat mahal. Dari 600 bath tiba2 diturunkan menjadi 200. Wah jadi kuatir nawar nih. Sayangnya penjual tidak dibekali dengan bahasa inggris yg memadai. Namun uniknya mereka lebih bisa berbahasa mandarin.
Ditempat ini, ada cumi yg lumayan enak. Harganya 100 Bath utk 3 bungkus. Rasanya? Well... Seperti gorengan cumi lainnya yg manis dan agak keras. Namun enak.

Yang unik disini adalah toiletnya. Bentuknya seperti umumnya toilet jongkok namun tidak berada dilantai tapi seperti toilet duduk.

Selesai dari sana, kami naik perahu boat ke suatu perkampungan muslim yg menjual makanan. Uniknya perkampungan ini dibangun diatas laut. Namun tidak bergoyang seperti halnya didermaga. Sangat kokoh dan bersih.
Kali ini kami makan soup udang yang bening. Rasanya asam dan terasa jahenya. Enak dan segar.
Ikannya digoreng dan diberi bumbu yang agak asam dan pedas.
Terus ada lalapan dengan sambal terasi yg enak. Tidak terlalu pedas. Lalapannya diletakkan diatas potongan es batu. Isinya timun, kacang panjang dan terong.
Udang rebus juga tersaji namun sayangnya tidak fresh. Menu standard yaitu telur dadar ada juga. Terus ada sayur mayur yang di tumis. Ada juga ayam entah dimasak apa. Warnanya kuning dan tampak tidak menggoda sehingga nyaris tak disentuh. Ditutup dengan buah nenas.

Perjalanan selanjutnya adalah ke Wat Chalong Temple. Hari sudah sore dan masih gerimis. Masuk kuil dan melihat sebentar. Kuil ini adalah kuil yang terkenal dan terbesar di Phuket. Banyak turis datang kesini memohon keselamatan dan rejeki. Konon banyak yg doanya dikabulkan.
Disini ada kejadian yg lucu dengan masalah bahasa dan uang. Saat menuju bus, tampak gerobak rujak yang menggoda. Peserta lain mengatakan rujaknya enak dan murah. 4 buah mangga muda yg masih kecil hanya dihargai 1 bath. Sepotong pepayapun sama. Tergoda oleh murahnya dan butuh makan buah, maka kucoba membelinya. Ternyata harganya bukan 1 bath tapi 10 bath. Sedangkan teman yg sebelum aku beli, bayarnya dengan uang receh yg dia sendiri tak tahu berapa nominalnya. Pas saat tiba aku membelinya, harganya utk 2 macam buah kena 30 bath. Nah loh.... Selisih yg sangat jauh.
Bingung kan??? Aku sempat protes, tapi karena penjual gak bisa bahasa Inggris dan aku sendiri gak bisa bahasa Thai, maka kuputuskan utk tidak protes. Toh jika dirupiahkan, masih make sense. Bumbunya enak. Pakai kacang tapi diberi terasi. Dan terasa asin dikit. Tidak terlalu pedas jadi bisa dinikmati tanpa perlu berkeringat karena kepedasan.

Dari sana kami ke puncak bukit untuk melihat sunset. Nama tempatnya PROMTHEP CAPE. Dari sini bisa melihat pantai termasuk Patong Beach. Sangat indah namun sayangnya mentari tidak muncul dan tidak tampak indahnya saat mentari menuju peraduan. Mendung dan rintik hujan menyertai perjalanan kami mendaki bukit (sedikit sih). Diatas juga ada semacam "museum" yang dibangun untuk merayakan 50 thn berdirinya mercusuar yang menjaga perbatasan antara Malaysia dan Thailand. Tidak luas namun dari atas bisa melihat hampir seluruh daerah pantai dengan cukup memutar atap dari mercusuar mini tersebut. Namanya the house of light. Didalamnya juga ada miniatur mercusuar dan lampu kuno yg digunakan.

Perjalanan diakhiri dengan makan malam di Kan Eang Seafood. Kali ini aku benar2 menemukan Tom Yang Gong sangat lezat. Antara rasa asam dan pedasnya sangat pas. Benar2 menutupi kerinduan akan makanan khas Thailand yang terkenal ini. Disini makanannya hampir semuanya seafood. Ada udang yg rasanya sangat enak. Entah masak apa. Ikan bakar dengan bumbu cocol yang enak campuran antara cabe, bawang, jeruk nipis dan entah bumbu apa lagi. Pepes ikannya juga pedas dan enak. Cumi bakar yg cukup empuk dan lezat. Tak ketinggalan sayur mayur. Ada juga gorengan udang dengan sayur. Enak juga seperti gorengan kangkung di resto Penang Village di Surabaya. Renyah dan enak. Perut terasa sangat kenyang.

Sawasdeeka...




Sent from my BlackBerry® wireless device

Saturday, September 27, 2008

Thailand tour - Phuket (day 1)

Pagi-pagi jam 3.45 harus bangun. Wajib kumpul diairport jam 5 pagi untuk berangkat.

Sesampai di Airport Soekarno Hatta atawa dulunya dikenal dengan nama Airport cengkareng. Ternyata aku kepagian padahal nyampe disana jam 5.20. Telat 20 menit. Rombongan yg lain belum datang. Berikutnya rombongan keluarga dari Bekasi. Sekitar pukul 6 rombongan dari Cengkareng datang. Ternyata cengkareng lebih jauh daripada Bekasi ;-). Total peserta termasuk tour leader 16 orang.

Sekitar jam 6.30 baru bisa masuk ke dalam dan aku menuju ke lounge untuk sarapan. Lumayan deh untuk mengganjal perut. Berangkat hampir ontime . Telatnya cuma 10 menit-an.

Pukul 7.40 an kami berangkat menuju Singapura naik Lion Air untuk transit dan ganti pesawat ke Thai Airways menuju Thailand. Sesampai di Singapore para peserta cepat2 nyari air. Kehausan semua karena di pesawat tidak diberi minum maupun snack. Ooopppsss baru kali ini aku keluar negeri naik Lion dan bengong juga. Parahnya lagi ada aturan dari penerbangan kalo para penumpang dilarang membawa cairan lebih dari 100 ml termasuk air minum walaupun masih tersegel. Aturan yang cukup memberatkan karena pada kehausan.

Kali ini transit cukup lama di Changi Airport Singapura. Tiba di terminal 1, terus ngurus boarding pass untuk ke Thailand dll. Abis dibagikan boarding pass, kami nyari tempat makan. Pilihannya cuma di food court. Aku milih makan laksa. Rasanya sih biasa aja. Karena waktu tunggu yg lama banget, kami ke terminal 3 (baru buka awal tahun ini) dan jalan-jalan disana. Lebih banyak toko dan tempat makan disana. Nyesel deh makan di terminal 1. He...he...
Disana aku menemukan Hard Rock Store. Belanja pin deh. Untungnya di pinnya ada tulisan Hard Rock Changi Airport. Jadi ada yg spesial.

Rasanya lama banget dech. Dan kali ini perjalanan terasa capai karena kebanyakan transitnya dan lumayan lama. Dari Singapore kami ke !angkok dulu. Disana transit lumayanlah sekitar 1,5 jam. Terus ke PHUKET. Tiba di Phuket jam 19.30. Setelah ambil bagasi langsung ke bus untuk makan malam dan ke hotel.

PHUKET

Di bus lokal guide ( namanya Anusak), bercerita sekilas tentang Thailand. Seraya mendengarkan dia berbicara, aku mengamati kondisi kota PHUKET pasca tsunami. Oh ya, phuket termasuk salah satu kota yg terkena bencana tsunami tahun 2004 lalu dan sekarang sudah diperbaiki dan nyaris tak tampak lagi tanda-tanda bekas terkena bencana (besok aku mau lihat buktinya).

Rumah-rumah disini tampak seperti layaknya kota kecil di Indonesia. Biasa saja dan tidak terlalu ramai. Yang lumayan ramai adalah disekitar pantai yaitu Patong Bay (kami juga akan menginap disana) yang lautnya terkenal dengan nama Andaman Sea.

Tapi sebelum ke hotel kami akan dinner dulu. Waktu tempuh dari airport Phuket ke kota (tempat kami makan malam) sekitar 30 menit.
Seperti tour lainnya sesampai di restauran Seamleap Seafood kamu sudah disiapkan meja dan begitu duduk tak lama kemudian datang nasi + lauk pauknya. Menunya: kepiting soka goreng, udang dimasak dengan tanghun, sayur, cap jay kuah, telur dadar (duhhhh....), abalone, ikan tim. Overall rasanya ALOI alias enak. Sayang diluar prediksi, gak ada menu Tom Yam yang khas Thailand maupun menu khas Thailand lainnya yang pedas, asam dan gurih. Menu malam ini (seperti layaknya tour yaitu Chinese Tour yg konon memang lebih murah). Entah kapan kami akan diberi masakan khas Thailand.
Well, tampaknya perlu bersabar dan bertanya nih ama tour leadernya.

Saat akan menuju hotel setelah makan malam, aku melihat deretan pedagang kaki lima yang berjualan dipinggir jalan didepan deretan toko2. Disana ada yg jual seafood, chinese food. Ada juga kwetiaw (dan disini juga namanya kwetiaw) menurut Anusak, sang guide, disini banyak orang yang berasal dari Tio Ciu. So tidak heran apabila masakannya juga hampir sama dengan yang saya temui di Indonesia. Sayang badan sudah lelah (akibat kurang tidur karena harus bangun subuh) maka niat untuk mencoba makanan di pedagang kaki lima tidak terlaksana.

Duh.... Jadi pengen makan tom yam, mango salad, pad thay, steam fish yang asam pedas. Kapan ya????

Mata semakin pedih nih.

Sawasdeeka...


Sent from my BlackBerry® wireless device

Sunday, September 21, 2008

Kampung Bubutan


Dalam tulisan yang lalu, saya mengulas tentang kampung nelayan. Kali ini adalah kampung Bubutan.

Kampung ini terletak di kawasan Jalan Bubutan yang sangat padat dan ramai. Tidak jauh dari sini, terdapat Tugu Pahlawan dan Jembatan Merah dimana terkenal dengan perlawanan melawan Belanda.

Nama Bubutan berasal dari kata Butotan yang artinya pintu gerbang.
Namun ada juga yang mengatakan bahwa dikampung ini dulunya banyak tukang bubut yang hidup disana.

Menurut salah seorang penduduk asli sana (maksudnya tinggal disana sejak orang tuanya), dulunya penduduk sana juga berjasa saat perang melawan Belanda.

Di kampung ini, kami melihat kehidupan penduduk sana dan melihat-lihat bentuk bangunan yang dipertahankan keasliannya dan memiliki bentuk arsitektur yang khas.



Seperti yang terlihat dari foto-foto terlampir, ada beberapa bentuk arsitektur khas yang berada dalam satu kampung. Dan dikampung ini terdapat sisa-sisa Surabaya yang berdiri pada 1365.




Saat berbicara dengan warga disini, mereka hidup berdampingan dengan damai antar beberapa etnis dengan latar belakang agama yang berbeda pula.

Saya dan beberapa teman sempat diijinkan masuk ke rumah salah seorang penduduk disini (duhhh lupa namanya), beliau menceritakan bahwa rumah keluarganya sudah ada sejak jaman kakeknya dulu. Bahkan kami sempat melihat foto-foto keluarganya dan barang-barang milik pribadi yang sudah tidak bisa digunakan lagi.

Dirumah ini juga ada meja panjang yang digunakan oleh kakeknya saat kakeknya masih hidup dan digunakan sebagai meja untuk memotong dan menjahit baju (dulunya kakeknya adalah penjahit).
Mejanya sangat kokoh dan tebal.


Bahkan ada pula peti penyimpanan pakaian yang dibawa saat sang kakek datang dari Tiongkok.

Namun sungguh sayang, barang-barang tersebut tidak dipelihara dan dijaga dengan baik. Terongok begitu saja di rumah. Namun saya sangat bersyukur diijinkan masuk dan memfoto beberapa perabot kuno yang ada dalam keremangan ruangan.


Sungguh suatu perjalanan yang menyenangkan dan sangat menambah wawasan saya. Walaupun saya sejak lahir tinggal di Surabaya, namun saya tidak pernah jalan-jalan keliling kampung lain.

Namun sayapun tinggal disalah satu kampung yang sewaktu kecil selalu saya lewati saat akan kesekolah yaitu kampung kungfu yang terletak di kawasan Kapasan (yang juga merupakan salah satu kampung yang masuk dalam jadwal tour de kampoeng) tepatnya di Kapasan Dalam.

Tidak banyak yang dapat saya ceritakan di kampung yang satu ini. Karena sejak kecil saya tinggal dan berinteraksi dengan warga kampung sini namun saya tidak pernah melihat orang berlatih kungfu. he..he..
Mungkin dulunya dikampung ini banyak jago kungfu yang tinggal disini.
Banyak bangunan yang sudah berubah dan yang paling terkenal adalah keberadaan Klenteng Boen Bio yang terkenal dan merupakan satu-satunya klenteng Kong Hu Cu di Surabaya.

Saturday, September 20, 2008

Kampung Nelayan

Bulan Mei lalutepatnya 25 Mei 2008, saya ikut rombongan Surabaya Heritage dalam acara tour de Kampoeng yang dibesut oleh UK Petra jurusan Pariwisata. Tour ini fokusnya pada kampoeng-kampoeng yang ada di Surabaya antara lain: kampung nelayan (didaerah kenjeran), kampoeng di Bubutan dan kampoeng yang menjuarai Green and Clean yang berlokasi di Kertajaya.

Masing-masing kampung akan saya ulas satu persatu dengan judul yang sesuai.
Saya akan membahas tentang kampung nelayan dulu.
Kampung nelayan ini terletak di dekat Pantai Ria Kenjeran. Kami masuk via Pantai Ria Kenjeran ( tepatnya Ken Park). Sambil menyusuri garis pantai Kenjeran dengan perahu nelayan, tak sampai 5 menit, kami sudah tiba di kampung nelayan tersebut. Asyik juga menyusuri garis pantai dengan perahu nelayan. Perahu berjalan terhentak-hentak oleh gelombang laut dan angin yang terkadang menyemburkan titik-titik air sesekali menerpa tubuh kami. Angin yang juga sepoi-poi meniup membuat kepala terayun-ayun dan secara perlahan membuai kami dan timbullah rasa ingin memejamkan mata. Namun sinar mentari yang menerobos dan indahnya pemandangan dari garis pantai membuat saya merasa sayang untuk memejamkan mata. Melewati pohon-pohon bakau yang mulai berkurang dan juga melihat Patung Dewi Kwan Im dari arah laut sungguh suatu pengalaman yang indah.



Foto: pohon bakau dan Patung Dewi Kwan IM

Sesampai di lokasi kami turun dari perahu dan disambut oleh jemuran udang kecil (ebi) dipekarangan rumah penduduk. Masuk beberapa meter lagi kami menjummpai suatu perkampungan dengan rumah-rumah yang sederhana. Tiap rumah disana dipenuhi dengan aktivitas yang mendukung keberadaan kampung tersebut sebagai penghasil kerupuk terung dan teripang (banyak dijumpai di Pantai Ria Kenjeran dan pasar-pasar tradisional sebagai oleh-oleh khas Surabaya).

Disana kami melihat proses pembuatannya mulai dari membersihkan bahan bakunya (teripang dan terung), memasaknya, hingga menjemurnya. Sangat menarik melihat cara mereka mengolahnya.













Foto: teripang yang masih mentah




Foto: teripang yang sudah dibersihkan



Foto: teripang yang sudah direbus



Foto: proses menggoreng menjadi kerupuk dengan menggunakan pasir













Foto: kerupuk teripang yang dijual di tempat Rekreasi Pantai Ria Kenjeran